KEANEKA RAGAMAN KEBUDAYAAN JAKARTA
(SUKU BETAWI)
Asal-usul Suku Betawi
Jakarta yang berstatus sebagai ibu kota negara Republik Indonesia
merupakan suatu kawasan administratif. Jakarta, selain menjadi pusat
pemerintahan juga dikenal sebagai kota perdagangan dan kebudayaan. Di Jakarta
ada suku yang sangat unik, metropolis, mengenal budaya kota jauh lebih dulu
ketimbang New York yang urban, suku itu adalah suku Betawi. Bagi kita yang
tinggal di Jakarta suku Betawi sesungguhnya tidak asing bahkan menjadi bagian
budaya dari orang- orang yang lahir dan besar di Jakarta.
Suku betawi ini mengaku dirinya adalah suku asli dari jakarta
padahal Pada tahun1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya
tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun
tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas
penduduk Jakarta waktu itu.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan
bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi
adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan
oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku
Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir
dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup
di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon,
dan Melayu serta suku-suku pendatang,
seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok
etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas,
yakni Hindia Belanda,
baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi
mendirikanPerkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu
pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni
golongan orang Betawi.
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup
masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga
mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto
Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan
bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai
bahasa nasional.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Suku Betawi merupakan perpaduan dari
beberapa etnis yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti: etnis Sunda,
Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa. Dari beberapa suku-suku
tersebut kemudian terjadi perkawinan silang antar suku dan munculah suku betawi
yang mendiami daerah Jakarta dan sekitarnya.
Sistem kepercayaan yang ada pada Suku Betawi
Sebagaimana kebudayaan yang lain, kebudayaan
Betawi juga mempunyai sistem kebudayaan. Sistem dari masing-masing kebudayaan
yang ada di Indonesia pasti berbeda. Lebih jelasnya, berikut terdapat
pembahasan mengenai sistem-sistem tesebut, diantaranya adalah sebagai berikut :
Ä
Sistem Religi
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang
menganut agama Kristen Protestan dan Katolik juga
ada namun hanya sedikit sekali. Menurut H. Mahbub Djunaidi kebudayaan
betawi sebagai suatu subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan agama Islam.
Agama Islam sangat mengakar dalam kebudayaan Betawi terlihat dalam berbagai
kegiatan masyarakat betawi dalam menjalani kehidupan.
Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada
yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal
dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16,
Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan
Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga
terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Kejadian ini juga berdampak
terjadinya proses pertukaran agama melalui perkawinan campuran antara orang
Portugis dengan penduduk lokal. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan
menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Umumnya masyarakat Betawi ini memang beragama
Islam, ini dapat terlihat dari kegiatan keagamaan sehari-hari, misalnya pada
seni tari, seni musik, dan seni suara. Tapi pada suku Betawi juga terdapat
upacara adat yang berkaitan dengan religius. Upacara-
upacara tersebut antara lain:
upacara tersebut antara lain:
a. Kekeba/upacara
nujuh bulan
Kekeba adalah upacara nujuh bulan yang diadakan pada saat
hamil tujuh bulan, dan biasanya dipimpin oleh seorang dukun atau
paraji.
b.
Potong Rambut
Potong rambut adalah upacara pemotongan rambut bayi yang pertama kali
setelah bayi berumur 36 hari dan upacara ini sering disebut upacara selapanan.
c.
Upacara Kerik tangan
Upacara
kerik tangan adalah upacara serah terima perawatan bayi kepada pihak
keluarga yang melahirkan. Selama berlangsungnya upacara ini harus diiringi
dengan pembacaan shalawat Nabi sebanyak 7 kali.
d. Upacara
Khitanan
Upacara khitanan adalah upacara peralihan dari
masa kanak-kanak memasuki masa remaja dengan maksud agar kesehatan alat
kelamin mudah dibersihkan. Upacara ini biasanya juga disebut dengan
upacara sunatan/sunat.
Sistem Bahasa Suku Betawi
Bahasa Betawi merupakan bahasa sehari-hari suku
asli ibu kota negara Indonesia yaitu Jakarta. Bahasa ini mempunyai banyak
kesamaan dengan Bahasa resmi Indonesia yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Betawi
merupakan salah satu anak Bahasa Melayu, banyak istilah Melayu Sumatra ataupun
Melayu Malaysia yang digunakan dalam Bahasa Betawi, seperti kata “niari” untuk
hari ini. Persamaan dengan bahasa-bahasa lain di Pulau Jawa, walaupun ada
bermacam-macam Bahasa, seperti Bahasa Betawi, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa
Madura, dan lain sebagainya tetapi hanya Bahasa Betawi yang bersumber kepada
Bahasa Melayu sepertihalnya Bahasa Indonesia. Bagi Orang Malaysia mendengar
Bahasa ini mungkin agak sedikit tidak faham, kerana bahasa ini sudah bercampur
dengan bahasa-bahasa asing, seperti Belanda, Bahasa Portugis, Bahasa Arab,
Bahasa Cina, dan banyak Bahasa-bahasa lainnya. Tetapi Bahasa ini adalah Bahasa
yang termudah dimengerti oleh Orang Malaysia dibandingkan Bahasa Pulau Jawa
yang lain selain Bahasa Indonesia.
Ciri khas Bahasa Betawi adalah mengubah akhiran
“A” menjadi “E”. sebagai contoh,Siape, Dimane, Ade Ape, Kenape. Sifat
campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara
umum yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal
dari daerah-daerah lai n di Indonesia maupun kebudayaan yang berasal dari
negara – negara asing. Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang
mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal
(proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di
Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan
Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di
pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa
Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa
nasional.
Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa,
digunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di
kalangan anak muda dengan kata-kata yang terkadang dicampur dengan bahasa
asing. Beberapa contoh penggunaan bahasa ini adalah Please dong ah!, Cape deh!,
dan So what gitu loh!
Berikut beberapa contoh pengelompokan bahasa
Betawi adalah sebagai berikut :
· Bahasa
Betawi yang apabila pada bahasa Indonesia berakhir dengan vokal a´,
maka dalam bahasa Betawi diganti dengan vokal e´.
Contoh :
- apa = ape
- gula = gule
- tua = tue
- saya = saye
·
Secara fonologis juga
ditandai dengan hilangnya konsonan h´ yang pada tiap kata bahasa
Indonesia menggunakan vokal h´.
Contoh:
- duapuluh = duapulu
- duapuluh = duapulu
-
tujuh
= tuju
-
pilih
= pili
-
boleh =
bole
Sistem Mata Pencaharian
Kini Jakarta yang berpredikat sebagai Daerah Khusus Ibukota, luas
wilayahnya 600 Km2 dan secara astronomis terletak diantara 608 - 11045 L.S. dan
94045Â - 94005 B.T. Rata-rata tinggi wilayah dari permukaan air laut kira-kira
7 meter. Di wilayah bagian Selatan keadaan tanahnya lebih subur dibandingkan
dibagian Utara, sehingga di daerah ini penduduk asli kebanyakan mata
pencaharian utamanya adalah bertani, baik bertani padi, sayur-sayuran maupun
buah-buahan. Dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat, maka
tanah-tanah pertanian maupun perkebunan semakin sempit karena dijadikan tempat
pemukiman baru. Hal tersebut turut merubah mata pencaharian penduduk menjadi
pedagang, buruh, tukang dan sebagainya. Sedangkan mereka yang bermukim di
daerah Utara umumnya menjadi nelayan.
Mata pencaharian orang Betawi juga dapat dibedakan antara
yang berdiam di tengah kota dan yang tinggal di pinggiran. Di
daerah pinggiran sebagian besar adalah petani buah-buahan, petani
sawah dan pemelihara ikan. Namun makin lama areal pertanian
mereka makin menyempit, karena makin banyak yang dijual untuk
pembangunan perumahan, industri, dan lain-lain. Akhirnya para
petani ini pun mulai beralih pekerjaan menjadi buruh, pedagang, dan
lain-lain. Berikut beberapa contoh mata pencaharian dari beberapa kampung yang
termasuk dalam masyarakat Suku Betawi :
Kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para
petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak
menjadi guru, pengajar, dan pendidik. Profesi pedagang, pembatik juga banyak
dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga
Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat
para peternak sapi perah.Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja
kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga
tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap
dilakoni.
5 Best Free Slots in US - Wooricasinos
BalasHapusSlot machines can also be 토토 커뮤니티 played in other casino games 먹튀 신고 such as video slots, video bingo, keno, keno, slot machine, 벳 플릭스 live 룰렛테이블 dealer and video 먹튀 검증 먹튀 랭크 poker. But there are